TERSEDIA UNTUK ANDA

Cari Hotel Murah ? Diskon hingga 70%

Senin, 25 Januari 2016

RISET GOUT ACC



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai penyakit gout merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat didalam tubuh. Asam urat merupakan hasil samping dari pemecahan sel yang terdapat didalam darah, karena tubuh secara berkesinambungan memecah dan membentuk sel  yang baru. Kadar asam urat meningkat atau abnormal ketika ginjal tidak mampu mengeluarkannya melalui urine, sehingga dapat menyebabkan nyeri sendi , terbentuknya benjolan-benjolan pada bagian tubuh tertentu (thopi) seperti pada jari kaki, serta gangguan pada saluran kemih. Oleh karena penyakit gout terutama menyerang sendi maka dapat juga disebut sebagai Gout Arthritis. Penyakit gout Arthritis merupakan pnyakit metabolik, yaitu penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme, yang dalam hal ini ialah gangguan metabolisme asam urat
      Penyakit asam urat sering terjadi pada seorang laki laki, mulai dari usia pubertas hingga mencapai usia puncak 40-50 tahun. Sedangkan pada perempuan, persentasi Gout atau asam urat mulai didapati setelah memasuki usia monopouse. Kejadian asam urat dinegara maju maupun dinegara berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun. Kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Ini disebabkan karena pria tidak mempunyai hormon esrtogen yang dapat membantu pembuangan asam urat. Sedangkan pada perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine.


      Kejadian atau prevalensi asam urat jumlahnya bervariasi pada tiap negara. Diamerika serikat, laki-laki yang berumur diatas 18 tahun prevalensinya mencapai 1,5%. Untuk di indonesia sendiri, asam urat banyak dijumpai pada etnis minahasa, toraja dan batak. Prevelansinya tertinggi terdapat pada penduduk pantai dan yang paling tinggi yaitu di daerah manado-minahasa, ini dikarnakan kebiasaan menkonsumsi alkohol dalam jumlah besar. Angka kejadian asam urat diminahasa sebesar 29,2% pada tahun 2003.

Dibanten, laki-laki yang berusia lebih dari 30 tahun yang jumlah mencapai 90% dan wanita lebih sedikit yang mengalami penyakit gout dengan jumlah kasus hanya 10%
Berdasarkan study pendahuluan penulis mendapatkan data dari puskesmas singandaru, pada bulan januari-desember tahun 2015 masyarakat yang datang untuk berobat dengan keluhan penyakit asam urat sebanyak 99 orang. Dari data pemeriksaan laboratorium pada bulan september – desember  didapatkan 57 orang positif menderita asam urat , dengan kadar purin diatas 7,5 mg/dL.

      Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang gambaran kejadian penyakit GOUT (asam urat) dipuskesmas singandaru berdasarkan karakteristik tahun 2015


1.2. Rumusan Masalah
            Berdasarkan masalah yang dapat pada latar belakang penelelitian tertarik untuk melakukan peneletian tentang “Gambaran kejadian penyakit gout dipuskesmas singandaru berdasarkan karakteristik tahun 2015”


1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan umum
 Mengetahui Gambaran kejadian penyakit gout dipuskesmas singandaru berdasarkan karakteristik tahun 2015
      1.3.2    Tujuan khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui adanya gambaran kejadian penyakit gout (asam urat) berdasarkan usia
1.3.2.2. Untuk mengetahui adanya gambaran kejadian penyakit gout (asam urat) berdasarkan jenis kelamin
           


1.4.Manfaat penelitian
1.4.1. Bagi institusi pendidikan
1.4.1.1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang Gambaran kejadian penyakit gout (asam urat) dipuskesmas singandaru berdasarkan karakteristik tahun 2015

1.4.1.2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan sebagai literatur tambahan untuk materi yang telah didapat dan juga sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut tentang gambaran angka kejadian penyakit asam urat
            1.4.2. Bagi puskesmas
                        Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam melakukan pelayanan kesehatan tentang penyakit gout sehingga program pencegahan penyakit gout dapat dilakukan dengan maksimal
1.4.3. Bagi peneliti
                        Penelitian ini dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama bangku kuliah dan menambah pengalaman baru tentang penelitian






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 GOUT
A. Pengertian
            Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hipepurikemi dan serangan sinovitis akut berulang-ulang. (chairuddin) penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita pasca monopause. (Fauci, Braunwald)
            Gout adalah kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler. (Edward stefanus,2010)
            Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia). (Smeltzer, Suzanne C)

B. Etiologi
Gangguan metabolic dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU, gout) dan kalsium pirofosfat dihidrat (CPPD,pseudogout)
Klasifikasi gout dibagi 2 yaitu : (chairuddin, 2003)
1.      Gout primer
Dipengaruhi oleh faktor genetik. Terdapat produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui  penyebabnya.
2.      Gout sekunder
a.       Pembentukan asam urat yang berlebihan.
·         Kelainan mieloproliferatif (polisitemia, leukimia, mieloma retikularis)
·         Gangguan penyimpanan glikogen
·         Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karena maturasi sel mengaloblastik menstimulasi pengeluaran asam urat
b.      Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada :
·         Kegagalan ginjal kronik
·         Pemakaian obat salisilat, tiazid, beberapa macam diuretik dan sulfonamid
·         Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis latik, dan pada miksedema

C. Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl) dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan denga peningkatan atau penurunan mendadak kadar asam urat serum. Kalau kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, respons imflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai.




D. Manifestasi klinis
Manifestasi sindrom gout mencakup Artritis gout yang akut(serangan rekuren imflamasi artikuler, jaringan oseus, jaringan lunak serta kartilago), nefropati gout(gangguan ginjal) dan pembentukan batu asam urat dalam tarktus urinarius.
Kurang dari satu diantara lima penderita hiperurisemia akan mengalami penumpukan kristal urat yang tampak nyata secara klinis pada saat tertentu. Pengembangan selanjutnya penyakit gout tersebut berhubungn langsung dengan lama dan beratnya hiperurisemia.
Bagi penderita hiperurisemia yang akan menderita penyakit gout, artritis akun merupakan manifestasi klinis yang paling sering ditemukan. Sendi metatarsofalangeal Pada ibu jari kaki merupakan sendi yang paling sering terkena (75% dari seluruh pasien), serangan akut dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol, diet yang salah, obat-obatan, stress bedah atau kedaan sakit. (Smeltzer,Suzanne C.)
Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati: (Silvia A.price)
1.      Hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam urat serum
2.      Artritis gout akut, terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal
3.      Tahap interkritis. Tidak terdapat gejala-gelaja pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebnayakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati
4.      Tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai

E. Penatalaksanaan
            Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :
1.      Mengatasi serangan akut
2.      Mengurangi kadar asam urat untuk mecegah penimbunan kristal urat pada jaringan, terutama persendian
3.      Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik
Terapi Non Farmakologi
            Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan gout. Intervensinya istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.
Terapi Farmakologi
Serangan akut
            Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam menangani serangan akut gout. Keputusan memilih NSAID atau kolkisin tergantung pada keadaan pasien, misalnya adanya penyakit penyerta lain. Obat yang menurunkan kadar asam urat (allopurinol dan obat urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan akut.
Gout kronik.
            Kontrol jangka panjang hiperurisemia merupakan faktor penting untuk mencegah terjadinya serangan akut gout, gout kronik, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu asam urat. Untuk terapi gout kronik dijelaskan berikut ini :
1.      Allopurinol; obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik, obat ini menurunkan produksi asam urat denagan cara menghambat enzim xantin oksidase.
2.      Obat urikosurik; kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang sedikit mengeksresikan asam urat dapat ditarapi dengan obat urikosurik.

2.3 Batasan karakteristik
 Faktor predisposisi terjadinya penyakit gout yaitu, jenis kelamin, usia.
                               I.            Usia
Usia adalah satuan waktu yang terhitung lama masa hidup manusia sejak lahir sampai saat manusia itu meninggal.
Pembagian umur berdasarkan tahapan menurut Hurlock adalah sebagai berikut:

1.      0 -2 minggu : infancy
2.      2 minggu – 2 tahun : (babyhood)
3.      2 – 6 tahun : anak-anak awal
4.      6 – 12 tahun : anak-anak akhir
5.      12 – 14 tahun : pubertas
6.      14 – 17 tahun : remaja awal
7.      17 – 21 tahun : remaja akhir
8.      21 – 40 tahun : dewasa awal
9.      41 – 60 tahun : setengah baya
10.  60 tahun : tua

            Batasan usia seseorang yang terkena penyakit gout pada laki-laki mulai dari usia pubertas hingga mencapai puncak 40-50 tahun, sedangkan pada perempuan mulai didapati setelah memasuki usia monopouse

                            II.            Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan antara bentuk, sifat dan fungsi biologi laki-laki dan perempuan.
Pria dan wanita bisa terkena penyakit gout, tetapi penderita gangguan ini umumnya adalah laki-laki. Ini disebabkan karena pria tidak mempunyai hormon estrogen yang dapat membantu pembuangan asam urat. Sedangkan pada perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine.
(North American Nursing Diagnosis Association. Jilid 2.hal.42)









BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1  kerangka konsep
kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaiatan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu daenagan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,2012)
kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan di lakukan (Notoatmojo,2005). Adapun kerangka konsep tentang “ Gambaran angka kejadian penyakit GOUT (asam urat) dipuskesmas singandaru berdasarkan karakteristik tahun 2015

Kerangka konsep ini terdiri variabel dependen dan independen dimana variabel dependennya kejadian penyakit gout dan variabel independennya karakteristik usia dan karakteristik jenis kelamin. Digambarkan skema sebagai berikut :







Variable Independen                                                Variabel Dependen
Jenis kelamin
Usia

Kejadian penyakit gout di puskesmas singandaru
 




                                    Bagan, 3.1 kerangka konsep


3.2  Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah suatu batasan untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti.
Definisi Operasional variabel juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (tolak ukur) (Notoatmodjo,2012:85)






Tabel  3.2

Definisi Operasional


Variabel
Do
Alatukur
cara
katagori
skala
V.Independen
1.Usia








2.Jenis kelamin




v. dependen
1. gout




Terhitung lama masa hidup manusia sejak lahir sampai saat dilakukan penelitian

Perbedaanantaralaki-lakidan
perempuan


Suatupenyakit yang diakibatkangangguanmetabolismepurin


Buku register pasien






Buku register pasien



Buku register pasien



Observasi








Observasi





Observasi

1.    Dewasaawal
(18-25 tahun)
2.    Dewasalanjut
(26-50 tahun).

1.    Laki-laki
2.    perempuan




1.   Akut
Kronik

Ordinal








Nominal





Nominal



BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian
             Peneliti ini menggunakan desain survei deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dimasyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan kelompok penduduk atau orang tinggal dalam komunitas tertentu (Notoatmodjo,2012:23)
 Metode yang digunakan survei Cross Sectional yang suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor – faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach)

4.2  Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi penelitian
Penelitianini dilaksanakan puskesmas singandaru
4.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan februari samapi maret 2016
           
4.3.Populasi dan Sampel     
     4.3.1  Populasi
                        Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo,2012:115).
                        Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gout dipuskesmas singandaru kota serang dari bulan Januari sampai desember tahun 2015 dengan jumlah 99 pasien

4.3.2  Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012:115)
          Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling jadi semua pasien yang berjumlah 99 orang dijadikan sampel. Didalam pengambilan data pada pasien gout dipuskesmas singandaru.

4.4  Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan studi dokumentasi, yaitu data yang diperoleh dari data sekunder dengan diagnosa gout di puskesmas singandaru pada bulan februari sampai maret 2016

4.5 alat Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan oleh peneliti menggunakan data buku register pasien gout dipuskesmas singandaru berdasarkan variabel yang akan diteliti yaitu usia dan jenis kelamin

4.6  Pengolahan Data
            Pengolahan data dalah suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga dapat dibaca dan ditafsirkan. Setelah data terkumpul, selanjutnya data di olah dengan manual yang akan disajiakan dalam bentuk tabel cara pengolahan data adalah sebagai berikut

       4.6.1. pengolahan data
       4.6.1.1. Editing
                               Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan data yang sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
       4.6.1.2. Processing
Pemprosesan data yang dilakukan dengan cara pengambilan data jumalah yang sudah ada
       4.6.1.3. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dilengkapai apakah ada kesalahan atau tidak.
       4.6.1.4. Studi dokumtasi
Dilakukan dengan cara mempelajari status pasien, dokumentasi perawat medik atau dokumen lain yang sah
       4.6.1.5. Studi keputakaan
Dalam studi kepustakaan ini penulis menggunakan literatur atau sumber buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.



4.6.2. Analisa Data
       4.6.2.1.  Analisa Univariat
                   Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, terutama untuk menghasilkan distribusi penelitian, yamg berupa distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel yang diteliti. Analisa ini dilakukan dengan mendistribusi data. Kemudian disusun kedalam tabel sesuai dengan yang diteliti yang dihitung dengan presentasi menggunakan rumus :
                                    P= x 100%
Ket: P= presentasi
       F=  frekuensi tiap katagori
       N= jumlah sampel



Tidak ada komentar:

Posting Komentar