TERSEDIA UNTUK ANDA

Cari Hotel Murah ? Diskon hingga 70%

Senin, 25 Januari 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN PENYAKIT DIABETES MELLITUS ( DM ) DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR.DRADJAT PRAWIRA NEGARA KABUPATEN SERANG



GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN PENYAKIT DIABETES MELLITUS ( DM )
 DI POLI PENYAKIT DALAM
RSUD DR.DRADJAT PRAWIRA NEGARA KABUPATEN SERANG
TAHUN 2016
PENELITIAN
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya
Keperawatan Pada Akademi Keperawatan Pemda Serang.

Description: F:\semester 5\logo akper.jpg
Disusun oleh  :



AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN SERANG
TAHUN 2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Belakangan ini banyak orang yang khawatir dengan penyakit diabetes mellitus.Pada hakekatnya diabetes mellitus adalah penyakit yang ditimbulkan karena kekurangan produksi insulin di dalam tubuh manusia.Orang-orang yang sangat khawatir terkena penyakit diabetes mellitus ini adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas.  Padahal, tidak semua orang yang mengalami kegemukan akan mengidap penyakit ini. Tetapi, orang-orang yang berat badannya normal juga dapat mengidap penyakit diabetes mellitus.
Diabetes mellitusadalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah akibat gangguan sekresi insulin. Diabetes mellitus di sebut juga penyakit kencing manis.  Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi kencing manis adalah penyakit yang menyebabkan air kencing yang di produksi bercampur zat gula. Adanya kadar gula yang tinggi dalam air kencing dapat menjadi tanda-tanda gejala awal penyakit Diabetes mellitus.
Insulin adalahsejenis hormon yang di produksi oleh pankreas dan berfungsi untuk mengendalikan kadar gula alam darah. Penurunan sekresi insulin biasanya di sebabkan oleh resistensi insulin dan kerusakan sel beta pankreas.Pada penderita penyakit Diabetes mellitus, tubuh pasien tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas.Kekurangan insulin membuat tubuh tidak mampu mengubah glukosa menjadi sumber energy bagi sel. Sehingga respon yang diterima tubuh adalah rasa lapar dan haus. Namun semakin banyak karbohidrat yang dimakan, maka akan semakin tinggi penumpukan glukosa dalam darah. Kondisi inilah yang kemudian di sebut sebagai penyakit gula atau penyakit kencing manis atau Diabetes mellitus.
Diabetes dapat juga disebabkan oleh penyakit pankreas, kekurangan gizi, dan kekurangan protein.Penyakit ini juga dapat menyerang orang-orang yang berat badannya normal. (Savitri  Rumaiah 2008).
Menurut WHO (World Health Organization) sendiri diabetes merupakan suatu penyakit kronis yang terjadi apabila pancreastodak memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh yang tidak efektif menggunakan hormon insulin yang sudah dihasilkan. Ketidak mampuan tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang dikenal dengan hiperglikemia.
Diabetes mellitus menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sebagian besar penderita DM berusia antara 40-59 tahun (Trisnawati, 2013).
Diabetes mellitus di Indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun.Penderita yang terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif.Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun.Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada di perdesaan, serta cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintilindeks kepemilikan tinggi (Kemenkes, 2013).
Salah satu provinsi yang memiliki prevalensi Diabetes yang tinggi adalah Provinsi Banten. Prevalensi DM Provinsi Banten di daerah perkotaan sebesar 5,3% (mendekati angka nasional 5,7%) (Balitbangkes, 2008).
Angka kejadian penyakit diabetes mellitus di rumah sakit umum daerah kota serang sendiri, pasien yang di rawat dan berobat di poli penyakit dalam yang menderita diabetes mellitus lumayan tinggi yaitu 50 orang yang menderita diabetes mellitus untuk periode dari bulan September hingga Desember 2015. Data tersebut menggambarkan banyaknya penderita diabetes mellitus yang berobat di poli penyakit dalam.
Table 1.1
No
Bulan
Laki-laki
Perempuan
jumlah
1
September – desember
Pada Tahun 2015
18
32
50

Menurut data tabel di atas dari bulan September hingga Desember  yang mengalami Diabetes mellitus dari jenis kelamin Laki-laki terdata sebanyak 18 orang dan dari jenis kelamin Perempuan terdata sebanyak 32 orang yg mengalami diabetes mellitus.
1.2  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi masalahnya yaitu “Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Diabetes Mellitus(DM) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2016’’.
1.3  Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan agar penelitian ini terfokus maka penelitian membatasi masalah pada “Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Diabetes Mellitus  (DM) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2016’’.
1.4  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang telah terurai maka rumusan masalahnya  adalah “Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Diabetes Mellitus  (DM) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2016..?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Diabetes Mellitus  (DM) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2016.
1.5.2 Tujuan Khusus
1.5.2.1 Diketahuinya Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Diabetes Mellitus  (DM) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2016 berdasarkan jenis kelamin.
1.5.2.2 Diketahuinya Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Diabetes Mellitus  (DM) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2016 berdasarkan usia.
1.5.2.3 Diketahuinya Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Diabetes Mellitus  (DM) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2016 berdasarkan pendidikan.
1.5.2.4 Diketahuinya Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Diabetes Mellitus  (DM) di Poli penyakit Dalam RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2016 berdasarkan pekerjaan.
1.4 Manfaat Penelitian
            1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian mendapatkan suatu pengalaman yang berharga dalam penelitian yang dilakukan dalam mengidentifikasi suatu permasalahaan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang  dalam menghadapi suatu kondisi yang belum pernah di hadapi.
1.4.2 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan pada hasil penelitian ini yang diperoleh dapat dijadikan suatu bahan pembicaraan untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya dan dijadikan suatu bahan informasi.
1.4.3 manfaat bagi rumah sakit
Diharapkan pada hasil penelitian yang dilakukan peran perawat sebagai pendidik dapat di tingkatkan sehingga dapat mengatasi masalah tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus yg berobat  ke poli penyakit dalam.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGETAHUAN
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).
2.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
2.2.1 Tahu (know)
Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan.
2.2.2 Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
2.2.3 Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

2.2.4 Analisa (analisys)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
2.2.5 Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen- komponen pengetahuan yang dimiliki.
2.2.6 Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

2.3  Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

              Menurut  Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:
2.3.1         Pendidikan
            Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
2.3.2         Media masa / sumber informasi
            Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
2.3.3         Sosial budaya dan ekonomi
            Kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
2.3.4         Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
2.3.5         Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
2.4  Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
2.4.1         Cara tradisional atau non ilmiah
            Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
2.4.2         Cara Coba Salah (Trial and Error)
            Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba), (Notoatmodjo, 2010).



2.4.3         Secara kebetulan
            Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzin urease oleh Summers pada tahun 1926. Pada suatu hari Summer bekerja dengan ekstrak acetone, dan karena terburu-buru ingin bermain tennis, maka ekstrak acetone tersebut disimpan di dalam kulkas. Keesokan harinya ketika ingin meneruskan percobaanya, ternyata ekstrak acetone yang disimpan didalam kulkas tersebut timbul kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease, (Notoatmodjo, 2010).
2.4.4         Cara kekuasaan atau otoritas
            Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya, (Notoatmodjo, 2010).
2.4.5         Berdasarkan pengalaman pribadi
            Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan atau merujuk cara tersebut. Tetapi bila ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga berhasil memecahkannya, (Notoatmodjo, 2010).


2.4.6         Cara akal sehat (Common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit, (Notoatmodjo, 2010).
2.4.7         Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari tuhan melalui para Nabi.Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia, (Notoatmodjo, 2010).
2.4.8         Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh oleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja, (Notoatmodjo, 2010).
2.4.9         Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan, (Notoatmodjo, 2010).
2.4.10     Induksi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersbut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala, (Notoatmodjo, 2010).
2.4.11     Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini kedalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme ini merupan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. Didalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu, (Notoatmodjo, 2010).
2.4.12     Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology).Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626).Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode berpikir induktif. Mula-mula ia mengadakan pengamatan langsung tehadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatannya tersebuat dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum.Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen.Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni :
a.      Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.
b.      Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c.       Gejala-gejala yang muncul bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu, (Notoatmodjo, 2010).
2.5  Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes atau kuesioner tentang obyek pengetahuan yang mau di ukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 5 dan jika salah diberi nilai 0. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya prosentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
 SP
   N =               x 100%
                        SM
Keterangan :
            N         :  Nilai pengetahuan
            SP        :  Skor yang di dapat
            N         :  Skor tertinggi maksimum
Selanjutnya prosentase jawaban yang di interpretsikan dalam kalimat kualitatif dengan cara sebagai berikut:
Baik     : Nilai  : 76-100%
Cukup : Nilai  : 56-75%
Kurang: Nilai  : 55%  (Arikunto, 2010).


2.2  PENYAKIT DIABETES MELITUS
2.2.1 Pengertian
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolis kronis, yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat gangguan sistem metabolisme tubuh, di mana hormon insulin tidak dapat dihasilkan atau digunakan atau kedua-duanya secara adekuat.
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner &Suddarth, 2006). Sedangkan menurut WHO, diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hiperglikemi kronis, tidak dapat disembuhkan tetapi dapt dikontrol.
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Yang Utama Adalah:
a.   Tipe I: Diabetes melitus tergantung insulin ( insulin dependent diabetes melitus [IDDM] ).
b.   Tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin ( non insulin dependent diabetes melitus [NIDDM] ).
c.    Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
d.   Diabetes melitus gestasional (gestasional diabetes melitus [GDM]).
2.2.3 Penyebab
Penyebab diabetes melitus (Yunia, 2007) adalah:
a.    Kelainan Genetika
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik.


b.   Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun dan pada mereka yang berat badannya berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
c.    Gaya hidup stres
Stres kronis yang cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya.Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang berisiko kena diabetes.
d.   Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko kena diabetes.Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebih) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin).
Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada janin mungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi alcohol selama hamilnya.
Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan di dalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.




2.2.4 Tipe-Tipe Diabetes Melitus          
Terdapat 3 bentuk diabetes melitus (Corwin, 2001), adalah sebagai berikut:
a.    Diabetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin.Penyakit ini disebut diabetes melitus dependen insulin (DMDI).Pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti.Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun.
b.   Diabetes melitus tipe II
Diabetes melitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat insensitivitas sel terhadap insulin.Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal, karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes melitus tipe II dianggap sebagai noninsulin dependent diabetes melitus (NIDDM).Diabtes melitus tipe II biasanya timbul pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun.
c.    Diabetes gestasional
Diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitar 50% pengidap kelainan ini akan kembali ke status nondiabetes setelah kehamilan berakhir.
2.2.5 Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus
1. Gejala diabetes tipe I
muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik (Yunia, 2007). Gejala-gejalanya antara lain adalah:

a. Sering buang air kecil
b. Terus-menerus lapar dan haus
c. Berat badan menurun
d. Kelelahan
e. Penglihatan kabur
f. Infeksi pada kulit yang berulang
g. Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni
h. Cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 40 tahun.
2. Gejala diabetes tipe II
muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala diabetes tipe I (Yunia, 2007), yaitu:
a. Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit
b. Sering buang air kecil
c. Terus menerus lapar dan haus
d. Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
e. Mudah sakit yang berkepanjangan
f. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.
Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urin dan urin tersebut tidak disiram, maka akan dikerubuti oleh semut yang merupakan tanda adanya gula. Gejala lain yang biasanya muncul adalah:
a. Penglihatan kabur
b. Luka yang lama sembuh
c. Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar
d. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita
e. Impotensi pada pria
2.2.6 Penatalaksanaan
Prinsip pengelolahan kencing manis adalah :
a. Edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat agar menjalankan perilaku hidup sehat.
b. Diet (nutrisi) yang sesuai dengan kebutuhan pasien, dan pola makan yang sehat.
c. Olahraga seperti latihan aerobik (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat) paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali 15-60 menit sampai berkeringat dan terengah-engah tanpa membuat nafas menjadi sesak atau sesuai dengan petunjuk dokter.
d. Obat-obat yang berkhasiat menurunkan kadar gula darah, sesuai dengan petunjuk dokter.

2.2.7 Pencegahan
Melihat bahwa gangguan keseimbangan kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang berlebihan (pola makan yang salah) dan kegiatan yang penuh tekanan (gaya hidup stress), maka diabetes sebenarnya dapat dicegah (Yunia, 2007) adalah berikut:
a.. Bila kegemukan, turunkan berat badan
b. Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat) paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali 15-60 menit sampai berkeringat dan terengah-engah tanpa membuat napas menjadi sesak.
c. Konsumsi gula sedikit mungkin atau seperlunya, karena bukan merupakan bagian penting dari menu yang sehat. Kebutuhan zat gula darah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dari karbodihrat yang berasal dari beras, sereal, roti, kentang, atau bakmi dalam menu sehari-hari.
d. Setelah berumur 40, periksa kadar gula urine kita setiap tahun, terutama bila anda mempunyai riwayat keluarga pasien diabetes.
2.2.8 Komplikasi
Pasien diabetes melitus dapat mengalami komplikasi khususnya bagi mereka yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. Komplikasi tersebut diantaranya :
a.    Kebutaan
Timbul daerah-daerah infark (jaringan yang mati) diikuti oleh neovaskularisasi (pembentukan pembuluh baru), bertunasnya pembuluh-pembuluh lama, dan pembentukan jaringan parut, akhirnya timbul edema insterstisium dan tekanan intraokulus meningkat, yang menyebabkan kolapsnya kapiler dan saraf yang tersisa sehingga terjadi kebutaan.
b.   Gangguan saraf (neuropati)
Neuropati diabetes disebabkan oleh hipoksia kronik sel-sel saraf.
c.    Gagal ginjal
Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus, seperti sebagian besar kapiler lainnya.Kelainan fungsi ginjal menyebabkan gagal ginjal sehingga pasien harus menjalani dialisa.

d.   Gangren
Sirkulasi yang jelek melalui pembuluh darah besar dan kecil bisa melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf dan kulit dan memperlambat penyembuhan luka.
e.       Penyakit jantung koroner
Dipengaruhi oleh diabetes melitus kronik, terjadi kerusakan mikrovaskular di arteriol, kapiler dan venula.Kerusakan makrovaskular terjadi di arteri besar dan sedang.
f.       Stroke
Adalah akibat diabetes tipe II, terjadi karena arterosklerosis pembuluh-pembuluh otak dan hipertensi, yang menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah dan akhirnya pecah.
g.      Ketoasidosis diabetik
Suatu komplikasi akut yang hampir selalu dijumpai pada pengidap diabetes tipe I. Kelainan ini ditandai oleh perburukan dratis semua gejala diabetes.
h.      Hipoosmolar No-Ketotik
Adalah penyulit akut yang dijumpqai pada pengidap diabetes tipe II.Kelainan ini juga merupakan perburukan dratis penyakit.


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo,(2012) Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep –konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
Bagan 3.1.1
Kerangka Konsep
Variable Independen                                             Variable Dependent







Jenis kelamin
Usia
Pendidikan
pekerjaan

 


Gambaran Pengetahuian Pasien Penyakit Diabetes Mellitus  (DM) di Poli Penyakit Dalam
 




 




3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati (notoatmodjo, 2012) definisi operasional dapat bermanfaat untuk mengarahkan dan membatasi kepada pengukuran.





Bagan 3.2.1
Definisi Operasional
No
variabel
Definisi operasional
alat ukur
Hasil ukur
1
Jenis kelamin
Status seseorang membedakan antara perempuan dan laki laki.
Kuesioner
1.   Laki laki
2.   Perempuan

2
Usia
Usia atau umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk baik yang hidup ataupun yang mati.
Kuesioner
1.   19 – 20 tahun.
2.   >20 tahun 






3
pendidikan
Pendidikan terakhir pasien yang diperoleh dari pendidikan formal
Kuesioner
Ordinal





Pekerjaan
Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan pasien secara rutin baik yang menghasilkan uang atau tidak.
Berkerja :
1.      PNS.
2.      Buruh.
3.      Wiraswasta
Tidak berkerja :
1.      Ibu Rumah Tangga.
2.      Pelajar.
Nominal
















BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
         Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskripsi yaitu penelitian yang dilakukan pada variable mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable lain ( sugiono, 1998). Dengan pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk mengolah data yang terbentuk angka ( Notoatmodjo, 2006)
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di ruang Penyakit Dalam RSUD dr. Derajat Perwiranegara Kabupaten Serang.
4.2.2 waktu penelitian
Waktu Penelitian dilakukan dari bulan februari sampai bulan maret 2015.
4.3 Variable Penelitian
4.3.1 Variable Bebas
Variable bebas yang mempunyai variable terikat ( Notoatmodjo, 2010) Variable terikat adalah factor-faktor yang di observasi dan di ukur  untuk menentukan adanya pengaruh variable bebas.
4.3.2 Variabel Terikat ( Dependen Variable )
Variable yang muncul dari variable bebas ( Notoatmodjo, 2010 ). Variable yang terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan pasien terhadap penyakit diabetes melitus.
4.4  populasi dan sample
4.4.1 Populasi
 Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo.2010). Populasi yang akan dijadikan sebagai objek yang akan di teliti pada penelitian yang akan dilakukan adalah semua pasien yang mempunyai riwayat Diabetes Mellitus diruang Penyakit Dalam RSUD  dr. Derajat Perwiranegara Kabupaten Serang .
4.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili. Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya (Notoatmodjo,2005)
Untuk menentukan sampel pada penelitian ini maka teori yang dikemukakan Notoatmodjo,(2005) dengan rumus sebagai berikut:
           
           
           
            Keterangan:
                                                N: BesarPopulasi
                                                n: BesarSampel
                                                d: Tingkat kepercayaan/Ketepatan(1%)








4.5 Alat dan Metode Pengumpulan Data
4.5.1 Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa kesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang digunakan untuk dibagikan kepada responden.
4.5.2 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan kuesioner pada responden dengan cara membagikan kuesioner kepada responden, menurut dari referensi.
4.6 Pengolahan Data
            4.6.1 Editing
Dilakukan untuk memerkiksa kembali data yang diperoleh apakah jawaban kuesioner telah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten sehingga dapat dihgasilkan data yang lebih akurat untuk mengelola data selanjutnya.
            4.6.2. Mengcoding
Mengkode data, bertujuan mengantisipasi data kualitatif dan membedakan aneka karakter.Pemberian kode ini diperlukan terutama dalam pengelolaan data.
            4.6.3 Prosesing Data
Pemerosesan data yang dilakukan dengan cara perhitungan secara manual.
            4.6.4 cleaning data
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dilakukan secara manual, apakah data ada kesalahan atau tidak.
4.7 Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data selesai dilakukan. Analisa data pada penelitian menggunakan analisa univariat, analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan bariabel dengan cara membuat table distribusi frekuensi dan dihitung dengan presentase. Menggunakan rumus sebagai berikut :
p  × 100 %
Keterangan :    p = persentase.
                        frekuensi tiap kategori
                        jumlah sample





Tidak ada komentar:

Posting Komentar