GAMBARAN TINGKATPENGETAHUAN IBU
NIFAS TERHADAP INISIASI MENYUSUI DINI DI RUANG WIJAYA KUSUMA
RSUDr. DERAJAR PRAWIRANEGARA
KABUPATEN SERANG
TAHUN 2016
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN SERANG
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Inisiasi
Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh
dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi
menyusu dini ibu segera mendekap dan membiarkan bayi menyusu dalam 1 jam
pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium Devolepment Goals (MDGs)
dalam pencapaian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu Inisiasi Menyusu Dini dapat
meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif dan lama menyusui maka akan membantu
mengurangi kemiskinan, membantu mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi
kebutuhan makanan bayi sampai usia dua tahun, membantu mengurangi angka
kematian anak balita.
Pemberian
ASI secara dini tidak terlepas dari peran tenaga kesehatan khususnya dokter dan
bidan. Namun, di Indonesia masih banyak tenaga 1 kesehatan maupun pelayanan
kesehatan (termasuk Rumah Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI secara dini
dengan alasan keadaan ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang harus
dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan Inisiasi
Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari puting susu ibu
adalah hal primitife yang melecehkan bangsa Indonesia (padahal IMD juga
dilakukan di negara maju). Banyak rumah sakit dan bidan yang langsung
memberikan susu formula begitu bayi lahir jika ASI belum keluar (Soegiarto,
2008).
Menyusui
bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian ASI masih jauh
dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya
10% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, yang diberikan ASI kurang dari
2 bulan sebanyak 73%, yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang
diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia
6 bulan sebanyak 49% (WHO, 2007)
pemberian
ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah, padahal ASI eksklusif memiliki
manfaat yang besar bagi ibu maupun bayi. Manfaat bagi ibu salah satunya untuk
menurunkan resiko kanker payudara serta sebagai alat kontrasepsi alamiah
sedangkan bagi bayi ASI mengandung nutrisi yang optimal, meningkatkan kesehatan
dan kecerdasan bayi (Rosita, 2008). Berdasarkan hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka cakupan ASI eksklusif di Indonesia
pada bayi umur 4-5 bulan hanya 27 %. Angka cakupan tersebut masih sangat rendah
namun setidaknya telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil SDKI
2007 yaitu 17 % (SDKI, 2013).
Tingkat
kesadaran ibu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi rendah. Dari data dinas
kesehatan kota serang, hanya 49% dari kelahiran bayi yang memberikan ASI
ekslusif. Kota Serang menargetkan 80% ibu dapat memberi asi kepada anak.
Sehingga diharapkan tidak ada lagi anak yang kekurangan gizi maupun kematian
bayi dan ibu. Ujar Walikota Serang Sulsih saat sosialisasi peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Ekslusif Tingkat Kota Serang Tahun 2015 yang
berlangsung di aula RS Sari Asih.
Kesadaran
akan pentingnya ASI termasuk IMD dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang inisiasi menyusu dini yang rendah karena dipengaruhi oleh faktor
pendidikan ibu yang rendah, tidak ada dorongan atau motivasi untuk mengetahui
perkembangan zaman, ketersediaan informasi, ketersediaan fasilitas kesehatan,
pendapatan perkapita yang menyebabkan ibu melakukan persalinan dengan dukun,
dukungan dari orang terdekat, dukungan dari tenaga kesehatan, kebudayaan, dan
adanya promosi Insiasi Menyusui Dini.
Table
1.1
DATA
|
|
JUMLAH
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menurut
data table diatas…… nanti minta data nya yak e ruangan..dari bulan tiga bulan
kebelakang dari bulan ini…..
Berdasarkan
latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti:Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Wijaya kusuma Rsu
Dr. Derajat Prawiranegara Tahun 2016.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang maka perumusan masalahnya adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan
Ibu Nifas Terhadap Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Wijaya kusuma Rsu Dr. Derajat
Prawiranegara Tahun 2016.?
C. Tujuan Penelitian
a.
Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan Ibu Nifas
Terhadap Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Wijaya Kusuma Rsu Dr. Derajat
Prawiranegara Tahun 2016.
b.
Tujuan Khusus
1.
Mendeskripsikan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap Inisiasi Menyusu Dini
tentang Pengertian dan Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini.
2.
Mendeskripsikan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang manfaat Inisiasi Menyusu
Dini.
3)
Mendeskripsikan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang tatalaksana Inisiasi
Menyusu Dini.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Diharapkan dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengetahuan Ibu Nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini bertambah
terutama diwilayah Kabupaten Serang.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi peneliti.
Hasil penelitian diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang inisiasi menyusu dini yang
didapat selama di bangku kuliah dan menerapkannya di masyarakat.
b.
Bagi petugas kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan sumbangan informasi bagi tenaga kesehatan tentang pentingnya
inisiasi menyusu dini dan dapat menerapkan praktik inisiasi menyusu dini pada
ibu Nifas sehingga dapat mengurangi angka kematian neonatus.
c.
Bagi institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat
menambah informasi dan referensi penelitian selanjutnya didalam meningkatkan
pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini.
d.
Bagi masyarakat.
Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan informasi secara umum pada masyarakat terutama pada ibu Nifas untuk
nantinya menerapkan inisiasi menyusu dini dan memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang
ada dikepala kita.Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang
kita miliki. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu
oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo2013).
Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu
proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek
tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2014).
2.
Cara Mendapatkan Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni:
a. Cara
Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini
dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :
1.
Cara Coba Salah (Trial Dan Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan
hasil mencapai kebenaran.
2.
Cara Kekuasaan atau Otoritas
Di mana pengetahuan diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
3.
Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu.
4)
Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan
fikiran.
b. Cara
Modern
Dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru atau modern
dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan
ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2010).
3.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.
A.
Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja
dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada
orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman
jiwa (Nursalam, 2010).
Abu Ahmadi (2011) juga mengemukakan
bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang
dapat berpengaruh Universitas Sumatera Utara pada bertambahnya pengetahuan yang
diperoleh, tetapi pada umur–umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang.
B. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita
tertentu. (Sarwono, 2010)
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.(Notoatmodjo, 2011).
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is
the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
suatu kebenaran pengetahuan.
4.
Tingkat Pengetahuan
Dari pengalaman dan penelitian, ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa
tertarik, dan adanya pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan
terdiri atas 6 tingkat yaitu :
a. Tahu
(Know)
Tahu
diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu
yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
b. Memahami
(Comprehension)
Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang objek yang diketahui,
dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.
c. Aplikasi
(Application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada
situasi atau kondisi nyata.
d. Analisis
(Analysis)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi masih
ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
(Syntesis)
Sintesis
menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi
(Evaluation)
Evaluasi
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi
atau objek.Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria–kriteria yang ada.
5.
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.Kedalaman pengetahuan yang
ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di
atas.Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status
pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
(Notoatmodjo, 2005).
B. Teori Inisiasi Menyusui Dini
1.
Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan,
tetapi sekaligus menggembirakan.Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan
tidak dilakukan orangtua dan tenaga medis tapi begitu vital bagi kehidupan bayi
selanjutnya, yaitu memberi kesempatan bagi bayi untuk memulai menyusu pertama
kali (inisiasi menyusu dini) dalam kehidupannya.
Selama berpuluh-puluh tahun, baik tenaga kesehatan
maupun orangtua berpendapat bahwa bayi baru lahir tidak mungkin dapat menyusu
sendiri. Kita berpikir untuk mendapat ASI pertama kalinya, kita harus membantu
bayi dengan memasukkan puting susu ke mulut bayi atau menyusuinya. Padahal bayi
baru lahir belum siap menyusu sehingga jika ibu ingin menyusui bayi untuk
pertama kali, kadang ia hanya melihat dan menjilat puting susu, bahkan kadang
menolak tindakan yang mengganggunya ini. Faktanya, saat dilahirkan, bayi
mungkin lebih mengerti akan hal ini daripada ibu dan kita.
2.
Defenisi
Inisiasi
menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti
juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan
dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera
setelah lahir (Roesli, 2013).
Sesaat setelah ibu melahirkan maka biasanya bayi
akan dibiarkan atau diletakkan di atas dada si ibu agar sang anak mencari
sendiri puting ibunya, ini disebut dengan inisiasi menyusu dini/IMD (Kodrat,
2014).
3. Manfaat
Inisiasi Menyusu Dini
Manfaat Inisiasi menyusu dini bagi bayi adalah:
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi karena ASI merupakan makanan dengan kualitas
dan kuantitas yang optimal; memberi kekebalan pasif kepada bayi melalui
kolostrum sebagai imunisasi pertama bagi bayi; meningkatkan kecerdasan;
membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas; meningkatkan jalinan
kasih sayang ibu dan bayi; mencegah kehilangan panas; serta merangsang
kolostrum segera keluar. Sedangkan manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu
adalah: merangsang produksi oksitosin dan prolaktin; meningkatkan keberhasilan
produksi ASI; dan meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Sidi et all,
2013).
4. Manfaat
Kontak Kulit Antara Ibu - Bayi
Manfaat kontak kulit antara ibu dan bayi adalah:
dada ibu mampu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari
payudara sehingga akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia);
baik ibu maupun bayi akan merasa lebih tenang, pernapasan dan detak jantung
bayi lebih stabil dan bayi akan jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian
energy; saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit
ibunya melalui jilatan dan menelan bakteri menguntungkan dikulit ibu sehingga
bakteri ini akan berkembang biak membentuk koloni disusu dan kulit bayi,
menyaingi bakteri yang merugikan.
5. Alasan
Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Maryunani (2013).alasan penting melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah karena suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu
ideal (thermogulator) yang diperlukan bayi. Kulit dada ibu yang melahirkan lebih panas dari ibu
yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu tubuh ibu otomatis naik Kehangatan dada ibu saat bayi diletakkan
didada ibu, akan membuat bayi merasakan getaran cinta sehingga merasakan
ketenangan, merasa dilindungi dan kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang,
karena dengan mendengar pernapasan dan detak jantung ibu dapat menenangkan
bayi, menurunkan stress akibat proses kelahiran dan meningkatkan kekebalan
tubuh bayi.untuk menghangatkan bayi, sehingga dapat menurunkan resiko
hipotermia dan menurunkan kematian bayi akibat kedinginan.
Kehangatan dada ibu saat bayi diletakkan didada ibu,
akan membuat bayi merasakan getaran cinta sehingga merasakan ketenangan, merasa
dilindungi dan kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang, karena dengan
mendengar pernapasan dan detak jantung ibu dapat menenangkan bayi, menurunkan
stress akibat proses kelahiran dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan
menemukan puting susu ibunya sendiri, akan tercemar bakteri yang tidak
berbahaya terlebih dahulu sebagai anti ASI ibu, sehingga bakteri baik ini
membentuk koloni disusu dan kulit bayi. Hal ini berarti mencegah kolonisasi
bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. Pada saat bayi dapat menyusu segera
setelah lahir, maka kolostrum makin cepat keluar sehingga bayi akan lebih cepat
mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan pertama yang kaya akan antibody dan sangat
penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan
bayi demi kelangsungan hidupnya.
Bayi akan belajar menyusu dengan nalurinya sendiri.
Sentuhan, kuluman/emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang oksitosin
ibu yang penting dalam menyebabkan kontraksi rahim, sehingga membantu
pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain yang
membuat ibu merasa tenang, rileks dan merangsang pengaliran ASI dari payudara.
Secara psikologis pemberian ASI pada satu jam
pertama akan memberikan manfaat yaitu bayi akan mendapat terapi psikologis
berupa ketenangan dan kepuasan. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat
kelelahan selama proses persalinan karena kepala bayi harus melewati pintu atas
panggul, panggul dalam dan dasar panggul yang membuat bayi stress. Dengan
menemukan puting susu ibu, bayi mendapatkan ketenangan kembali. Pelukan ibu
membuat bayi merasa aman dan nyaman seperti dalam rahim ibu. Hal ini merupakan
terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis,
karena ia mendapat modal pertama membentuk kepercayaan diri terhadap
lingkungan.
5. Inisiasi Menyusu Dini Yang Kurang Tepat
Menurut Roesli (2013), praktek inisiasi menyusu dini
selama ini kurang tepat, dimana penanganan bayi baru lahir sebagai berikut:
begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering; bayi
segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong lalu diikat; karena
takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi, kemudian diletakkan
didada ibu (tidak terjadi kontak kulit antara bayi dan ibu). Bayi dibiarkan
didada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga
kesehatan selesai menjahit perineum. Selanjutnya diangkat dan disusukan pada
ibu dengan cara memasukkan puting ibu ke mulut bayi; setelah itu bayi dibawa ke
kamar transisi, atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur,
dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K dan diberi tetes mata.
6. Inisiasi
Menyusu Dini Yang Dianjurkan
Keberhasilan inisiasi menyusu dini, sangat
tergantung pada petugas kesehatan yang menanganinya. Karena petugaslah yang
akan membimbing ibu dan bayi melakukan langkah-langkah yang tepat. Untuk itu,
Roesli (2011) menganjurkan petugas melakukan langkah –langkah sebagai berikut:
begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering;
keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya; vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan, karena zat ini membuat nyaman kulit bayi; tali pusat dipotong lalu
diikat; tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan didada atau perut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Jika perlu, bayi diberi topi untuk
mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
7. Inisiasi
Menyusu Dini Yang Dianjurkan
Keberhasilan inisiasi menyusu dini, sangat
tergantung pada petugas kesehatan yang menanganinya. Karena petugaslah yang
akan membimbing ibu dan bayi melakukan langkah-langkah yang tepat. Untuk itu,
Roesli (2013) menganjurkan petugas melakukan langkah –langkah sebagai berikut:
begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering;
keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya; vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan, karena zat ini membuat nyaman kulit bayi; tali pusat dipotong lalu
diikat; tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan didada atau perut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Jika perlu, bayi diberi topi untuk
mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
7. Perilaku Bayi Saat Inisiasi Menyusu Dini
Saat inisiasi menyusu dini, dimana bayi baru lahir
langsung dikeringkan, diletakkan di perut ibu (kontak kulit) kemudian dibiarkan
setidaknya satu jam/sampai bayi berhasil menyusu, semua bayi akan mengalami
beberapa tahapan perilaku (prefeeding behaviour). Perilaku bayi saat inisiasi
menyusu dini terdiri dari 5 tahap.
Tahap pertama merupakan stadium istirahat/diam dalam
keadaan siaga, bayi diam tidak bergerak sesekali matanya terbuka lebar melihat
ibunya.Hal ini berlangsung sekitar 30 menit.Masa tenang yang istimewa ini
merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan diluar
kandungan.
Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara, gerakan
mulut seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan.Tahap ini berlangsung
antara 30-40 menit.Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada
ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan dari payudara ibu.
Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk payudara puting susu ibu.
Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air liur.Saat
menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya.
Tahap ke empat, bayi mulai bergerak kearah payudara
ibu, dengan kaki menekan perut ibu.menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh
dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.
Tahap kelima, bayi mulai menemukan puting ibu,
menjilat, mengulum dan membuka mulut lebar sehingga melekat dengan baik
(Saleha, 2011).
BABIII
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik
dengan pendekatan cross sectional yaitu pengukuran variabel bebas dan variabel
terikat akan dilakukan dalam waktu yang bersamaan (Sugiyono, 2010). Metode
analitik ini digunakan untuk mengukur hubungan (korelasi) antara pengetahuan
Ibu Nifas Terhadap Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Wijaya kusuma Rsu Dr. Derajat
Prawiranegara.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Waktu
penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada
tanggal 01Januari sampai dengan 2..MARET 201...
2.
Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Wijaya kusuma
Rsu Dr. Derajat Prawiranegara.
B. Populasi
dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh ibu NIFAS di Ruang Wijaya Kusuma Rsu Dr. Derajat
Kabupaten Serang. Menurut data bulan Januari – Maret tahun 2016 jumlah ibu Nifas sebanyak 100 orang.
2. Sampel
Sampel
pada penelitian ini adalah sebagian Ibu Nifas di Ruang Wijaya Kusuma Rsu Dr.
Derajat Kabupaten Serang Rumus :
=……
Keterangan
:
N
: Jumlah Populasi
d
: Tingkat kepercayaan
n
: Jumlah Sampel (Notoatmodjo, 2010)
Berdasarkan
rumus diatas didapatkan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian
berjumlah 46 ibu nifas di ruang wijaya kusuma.
C. Teknik
Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah simple random
sampling yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk diseleksi sebagai sampel. Cara pengambilan sampel yang dilakukan
peneliti dengan melakukan data dari ibu nifas dari bulan januari sampai bulan
maret dan mendapatkan data berjumlah sebanyak 100 ibu nifas di Ruang Wijaya
Kusuma Rsu Dr. Derajat Prawiranegara.
D. Variabel
dan Definisi Operasional
1. Variabel
Dalam penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu :
a. Variabel
Bebas
Variabel
bebas dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Terhadap Inisiasi Menyusui Dini di Ruang Wijaya kusuma Rsu Dr. Derajat
Prawiranegara
b. Variabel
Terikat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar