DISUSUN OLEH:
NIP:
2014
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya, kami sebagai tim penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Persiapan Kebutuhan Laktasi pada Kehamilan”, untuk memenuhi tugas.
Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi kita
semua untuk mengerti lebih jauh tentang persiapan laktasi pada ibu hamil.
Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa
sumber dan menghimpunnya menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih kami
ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi kami. Terimakasih
juga kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca
sekalian. Kami dari tim penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Medan, 09 Juni 2014
Tim Penyusun
|
DAFTAR ISI
|
Laktasi atau
menyusui adalah
proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air
susu ibu
(ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan susu.
Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air
susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Para pakar masih memperdebatkan
seberapa lama periode menyusui yg paling baik dan seberapa jauh risiko
penggunaan susu formula.
Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya
sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan diberikan melalui
alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet. Susu formula juga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa
atau memilih untuk tidak menyusui, namun para ahli sepakat bahwa kualitas susu
formula tidaklah sebaik ASI. Di banyak negara, pemberian susu formula terkait
dengan tingkat kematian bayi akibat diare, tetapi apabila pembuatannya
dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup
aman.
Pemerintah dan organisasi internasional
sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian
gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain WHO, Akademi
Dokter Anak Amerika (American Academy of Pediatrics), dan Departemen
Kesehatan.
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh
wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem
payudara:
·
Progesteron: memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini
menstimulasi produksi secara besar-besaran.
·
Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk
membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui
menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena
dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
·
Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada
saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran
susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection
reflex.
·
Human
placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL,
yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum
melahirkan.
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap
memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi
tanpa kehamilan (induced lactation).
2.3. Periode Laktasi
Laktogenesis
I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki
fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan.
Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI
sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan
(bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit
atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.
Laktogenesis
II
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin
tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal
dengan fase Laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah
meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level
sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi
sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam
ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu
lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi
hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol,
juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui.
Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar
30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara
penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi
ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya.
Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI
sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi
makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan
hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
Laktogenesis
III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI
selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi
ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara
akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila
payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi
ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan
seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:
·
Kurang sering menyusui atau memerah payudara
·
Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain
akibat:
-
Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
-
Teknik perlekatan yang salah
·
Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
·
Jaringan payudara hipoplastik
·
Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna
ASI
·
Kurangnya gizi ibu
Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI
tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali
dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal
menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila bayi
yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah
10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. Menyusui on-demand
adalah menyusui kapanpun bayi meminta (artinya akan lebih banyak dari
rata-rata) adalah cara terbaik untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi
tetap kenyang. Tetapi perlu diingat, bahwa sebaiknya menyusui dengan durasi
yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi
menerima asupan foremilk dan hindmilk secara seimbang.
2.4. Refleks Turunnya Susu
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection
/ let-down reflex). Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara
untuk memeras ASI keluar. Para ibu mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan
berbeda-beda, beberapa merasakan geli di payudara dan ada juga yang merasakan
sakit sedikit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Refleks turunnya
susu tidak selalu konsisten khususnya pada masa-masa awal. Tetapi refleks ini
bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar
suara bayi, sehingga terjadi kebocoran. Sering pula terjadi, payudara yang
tidak menyusui bayi mengeluarkan ASI pada saat bayi menghisap payudara yang
satunya lagi. Lama kelamaan, biasanya setelah dua minggu, refleks turunnya susu
menjadi lebih stabil.
Refleks turunnya susu ini penting dalam menjaga
kestabilan produksi ASI, tetapi dapat terhalangi apabila ibu mengalami stres.
Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak mengalami stres.
Refleks turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari
puting lecet, terpisah dari bayi, pembedahan payudara sebelum melahirkan, atau
kerusakan jaringan payudara. Apabila ibu mengalami kesulitan menyusui akibat
kurangnya refleks ini, dapat dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan
payudara dengan mandi air hangat, atau menyusui dalam situasi yang tenang.
2.5. ASI Lebih Baik dari Susu Formula
ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan
bayi dalam 4 – 6 bulan pertama kehidupan. Keunggulan ASI dibanding susu formula
antara lain :
1. ASI praktis, ekonomis, dan hygienis.
2. Mengandung semua bahan/ zat gizi yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
3. Dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas
bakteri dan suhu yang sesuai, tanpa penggunaan alat bantu.
4. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan /
takaran.
5. Problem
kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit daripada bayi yang
mendapat susu formula buatan.
6. Mengandung imunoglobulin
7. Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.
Sedangkan menyusui bayi mempuyai keuntungan keuntungan
sebagai berikut :
1. Menyusui membantu menghentikan perdarahan setelah melahirkan.
2. Menyusui berdasarkan permintaan membantu
mencegah kehamilan.
3. Menyusui baik secara kejiwaan atau psikologi
bagi ibu dan bayi menimbulkan kedekatan secara emosional yang baik.
2.6. Refleks-refleks Menyusui terhadap Ibu dan Bayi
Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu
dan bayi yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui. Refleks yang
terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap putting
susu diantaranya:
1. Refleks Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon
prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk
memproduksi ASI. Semakin sering bayi menghisap, semakin banyak prolaktin yang
lepas, semakin banyak pula ASI yang diproduksi. Maka cara yang terbaik
mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalah menyusui bayi sesering mungkin atau
setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap
bayinya.
2. Refleks Oksitosin (rangsangan ke otak untuk
mengeluarkan hormon oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang
mengelilingi jaringan kelenjar susu dan salurannya untuk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju
putting susu. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini
kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini
bisa membuat bayi tersedak.
Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan
sensasi ibu. Biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara
refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya. Perasaan yang bisa
menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan
sesuatu. Ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. Refleks ini bisa
muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau
sedang teringat pada bayinya berada jauh. Manfaaat refleks oksitosin lainya
adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan perdarahan
persalinan.
Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya:
·
Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia
akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka
mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
·
Sucking Refleks, atau refleks menghisap. Refleks ini terjadi
bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. Jika putting
susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan
terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit,
sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada payudara) diperas
keluar kedalam rongga mulut bayi.
·
Refleks Menelan, bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi
refleks menelan.
2.7. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Praktek
Laktasi
Untuk mencapai keberhasilan menyusui, para ibu perlu
mengetahui sedikit banyak pengetahuan tentang menyusui yang benar. Hal-hal
berikut ini merupakan beberapa hal yang perlu di perhatikan setiap ibu demi
kelancaran menyusui antara lain :
1. Nutrisi ibu menyusui. Meskipun umumnya keadaan gizi pada ibu hanya akan
mempengaruhi kuantitas dan bukan kualitas asinya, ibu menyusui sebaiknya tidak
membatasi konsumsi makananya. Penurunan berat badan sesudah melahirkan
sebaiknya tidak melebihi 0,5 kg/minggu.Pada
bulan pertama menyusui, yaitu saat bayi hanya mendapatkan ASI saja (”exlusive
breastfeeding period”), ibu membutuhkan tambahan kalori sebanyak 700 kkl/hari,
pada 6 bulan berikutnya 500 kkal/hari dan pada tahun kedua 400 kkal/hari.
Jumlah cairan yang dibutuhkan ibu menyusui dianjurkan minum 8 – 12 gelas
perhari.
2. Istirahat. Bila laktasi tidak berlangsung baik biasanya penyabab utamanya adalah
kelelahan pada ibu. Oleh karena itu,
istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi.
3. Obat – obatan. Pemakaian obat – obatan dalam masa menyusui
perlu mendapat perhatian, apakah mempunyai efek samping yang positif atau
negatif terhadap laktasi. Contoh obat yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu
pil KB yang mengandung hormon estrogen.
4. Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui. Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui
dengan benar, bayi menempel betul pada ibu mulut dan dagu bayi menempel betul pada
payudara, mulut bayi membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi,
bayi menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit
dan puting terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus.
5. Penilaian kecukupan ASI pada bayi. Bayi usia 0 – 4 bulan atau 6 bulan dapt
dinilai cukup pemberian ASInya bila tercapai keadaan sebagai berikut:
-
Berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu
-
Kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan
normal
-
Bayi banyak ngompol sampai 6 kali atau lebih dalam sehari
-
Tiap menyusui, bayi menyusu kuat (rakus).
-
Payudara ibu terasa lunak setelah disusukan dibanding sebelumnya
6. Diluar waktu menyusui. Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan
ASI dengan sendok bila ibu tidak dapat menyusui bayinya.
7. Ibu bekerja. Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan juga
membiasakan bayi menyusu dengan botol bila masa cuti telah habis dan ibu harus
bekerja kembali.
8. Pemberian makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan
mulai usia bayi 4 – 6 bulan. Bila ibu bekerja sebaiknya makanan pendamping ASI
diberikan pada jam kerja, sehingga ASI tetap diberikan setelah ibu berada di
rumah.
9. Penyapihan. Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dengan
jalan meningkatkan frekuensi pemberian makanan anak dan menurunkan frekuensi
pemberian ASI secara bertahap dalam kurun waktu 2 – 3 bulan.
10. Klinik laktasi. Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus memiliki pelayanan yang
dapat meyakinkan setiap ibu dalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat
berkonsultasi untuk setiap masalah laktasi yang dialaminy. Untuk itu perlu
diadakan klinik laktasi atau tenaga terlatih untuk membantunya pada sarana
pelayanan kesehatan yang terdekat.
11. Kelompok pendukung ASI. Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI di
lingkungan masyarakat, yang dapat merupakan sarana untuk mendukung ibu-ibu di
lingkungan tersebut agar berhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga
kesehatan yang ada di lingkungan tersebut. Melalui kelompok ini, ibu-ibu
menyusui dapat mengadakan diskusi dan mendapat bantuan bila mengalami masalah
dalam menyusui bayinya.
2.8. Perawatan Payudara dalam Masa Laktasi
Demi keberhasilan menyusui, payudara
memerlukan perawatan sejak dini secara teratur. Perawatan selama kehamilan
bertujuan agar selama menyusui kelak produksi ASI cukup. Tidak terjadi kelainan pada payudara dan
payudara tetap baik setelah menyusui.
Pada umumnya wanita dalam kehamilan 6-8 minggu akan
mengalami pembesaran payudara, akan lebih padat, kenyal, kencang, sakit dan
tampak jelas di permukaan kulit adanya gambaran pembuluh darah yang bertambah
serta melebar. Kelenjar Montgomery pada
daerah areola tampak lebih nyata dan menonjol. Guna menunjang perkembangan
payudara dalam kehamilan perlu dilakukan sbb:
1. Pemakaian bra yang
tepat, sebaiknya ibu hamil harus memakai bra yang tepat dan ukuran yang sesuai
dapat menopang perkembangan payudara.
2. Latihan otot-otot yang
menopang payudara.
3. Hygiene payudara
Kebersihan/hygiene payudara juga harus di perhatikan,
khususnya daerah papila dan aerola. Pada saat mandi sebaiknya papila dan areola
tidak di sabuni. Untuk menghindari keadan
kering dan kaku akibat hilangnya lendir pelumas yang dihasilkan kelenjar
Montgomery. Aerola dan papila yang kering akan memudahkan terjadinya lecet dan
infeksi.
2.9. Langkah-langkah Menyusui yang Baik dan Benar
Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi
hal-hal berikut :
1. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui
Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan
tenang. Bila perlu minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam
keadaan lapar dan haus. Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan,
seperti kursi dengan sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk
menopang tangan yang menggendong bayi.
2. Hygiene personal ibu menyusui
Sebelum menggendong bayi untuk menyusui,
tangan harus dicuci bersih. Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara
telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke
seluruh puting dan areola. Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan
BH dari kedua payudara.
3. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi
Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on
demand“), jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui
tiap 2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri
dan kanan secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah dengan
payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara
terasa kosong.
4. Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi
seperti awal menyusui tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai
bra. Langkah ini berguna untuk mencegah lecet.
5. Membuat bayi bersendawa setelah menyusui
harus selalu dilakukan, untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak
kembung dan muntah.
Bila terjadi keadaan lecet pada puting dan atau
sekitarnya, sebaiknya ibu tetep menyusui dengan mendahului pada puting yang
tidak lecet. Sebelum diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk
mengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari
penyebab lecet tersebut yang tentunya harus dihindari.
Keadaan engorgement (payudara bengkak) yang sering
terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres
payudara dengan handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan masase
dari tepi ke arah puting hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi disusukan.
Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini.
2.10. Posisi Menyusui
yang Baik dan Benar
Agar bayi dapat mengisap ASI secara maksimal usahakan
bayi tampak menyusui dengan tenang, bayi menempel betul pada ibu, mulut dan
dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bayi membuka lebar, sebagian
besar areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat,
puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap lengan bayi berada pada
satu garis lurus.
Menyusui bayi hendaknya memperhatikan beberapa masalah
pada bayi, sebagai berikut:
·
Bayi tidak dapat menghisap
1. Ibu harus memeras ASI. Memeras ASI harus dilakukan sebanyak (sesering)
mungkin yaitu setiap kali memberi minum bayi (delapan kali sehari), hal ini
ditujukan untuk menjaga pasokan ASI. Apabila hanya memeras satu atau dau kali
sehari, pasokan ASI akan berkurang.
2. ASI eksklusif harus diberikan pada bayi. Pemberian ASI bisa dilakukan
dengan menggunakan cangkir (metode cup). Paling baik menggunakan cangkir yang
sangat kecil atau kendi berujung. Bisa juga dengan pipet tetes atau sonde bila
kondisi bayi mengharuskan. Botol dan dot tidak dianjurkan, oleh karena tidak
merangsang bayi untuk bertindak aktif (mengisap).
3. Penyimpanan ASI perah. Di udara terbuka / bebas :6-8 jam, bila masih
kolostrum bisa sampai 12 jam. Di lemari es: 24 jam. Di lemari pendingin / beku:
6 bulan. ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai
(unsur kekebalan akan menurun). ASI didiamkan beberapa saat di dalam suhu
kamar, agar tidak terlalu dingin; atau dapat direndam di dalam wadah yang
berisi air hangat.
·
Bayi melekat kurang kuat
1. Anjurkan ibu untuk menyusui dengan cara yang
benar :
2. Atur posisi hingga kepala dan tubuh bayi
lurus
3. Atur tubuh bayi menghadap ibu hingga hidung
bayi dekat dengan puting susu
4. Dekatkan tubuh bayi hingga perut bayi
menempel pada perut ibu
5. Seluruh tubuh bayi disangga dengan kedua
tangan ibu
·
Bayi menghisap kurang efektif
Apabila puting susu terlalu besar untuk BBLR kemungkinan
bayi akan sulit untuk menetek dengan sempurna. Oleh karena itu perlu membantu
bayi untuk mendapatkan posisi menetek yang tepat pada payudara sehingga dapat
menghisap dengan optimal.
1. Memasukkan puting susu ke mulut bayi dengan benar :
2. Dekatkan
bayi ke arah ibu, sentuhkan bibir bayi ke puting susu ibu.
3. Secara
reflek bayi membuka mulut
4. Saat mulut
bayi terbuka lebar, dekatkan bayi kemudian mulut bayi diatur sedemikian rupa
sehingga sebagian besar areola payudara, terutama bagian bawah, masuk ke mulut
bayi. Areola payudara di bagian atas mulut bayi terlihat lebih banyak dibanding
dengan bagian areola yang ada di bawah mulut bayi.
5. Amati apakah bayi
melekat dan menetek dengan benar dan efektif. Jika belum, diulangi sekali lagi.
·
Apakah mendapat minuman lain selain ASI
Walaupun bayi mendapatkan minuman lain selain ASI, ibu
dinasehatkan harus berupaya meneteki bayi sesering mungkin, kurangi pemberian
lain selain ASI, serta gunakan cangkir yang sangat kecil ketika memberi minum.
2.11. Menyusui pada Bayi
Bermasalah
1. Bayi Prematur atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah atau prematur
mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah, bayi harus
disusui lebih sering sedikit demi sedikit, meski waktu menyusunya tidak lama.
Mula-mula sentuhlah langit-langit bayi dengan ibu jari yang bersih untuk
merangsang mengisap.
Jika bayi dirawat di rumah sakit, seringlah ibu
mengunjungi, melihat, mengusap bayi dengan kasih sayang, jika mungkin disusukan
langsung atau dipompa lalu di berikan mengunakan sendok atau cangkir.
2. Pencegahan dari
Hipotermia
Pada bayi lahir kecil/BBLR baik prematur atau cukup bulan
mudah sekali kedinginan walaupun iklim panas. BBLR kedinginan akan menggunakan
energi dari makanan untuk menghangatkan tubuhnya sehingga tidak cukup tersedia
makanan untuk pertumbuhan. Salah satu cara
yang baik adalah menidurkan bayi dengan ibu dalam selimut atau menggendong BBLR
didalam pakaiannya diantara payudara. Metode ini disebut metode kanguru
3. Bayi Kembar
Ibu bayi kembar di yakinan bahwa di sanggup menyusui
bayinya, mula-mula ibu dapat menyusui sekaligus berdua.
Bayi sebaiknya menyusu sekaligus. Susuilah bayi sesering mungkin selama
waktu yang diinginkan oleh bayi, umumnya bayi menyusu kurang lebih 20 menit.
4. Bayi Sumbing
Pendapat yang mengatakan bahwa bayi sumbing tidak dapat
menyusu tidak benar. Bila bayi mengalami
sumbing pada palatum molle bayi akan menyusu tanpa kesulitan.
1. Posisi ibu
duduk dengan vertikal /bayi tegak, untuk bayi palatoskizis sebaiknya posisi
tidur sehingga putting akan jauh mencapai faring dengan demikian tidak terjadi
aspirasi.
2. Pegang putting susu dan areola mamma selagi menyusui, untuk membantu
bayi mendapat ASI yang cukup .
3. Ibu jari ibu dapat membantu sebagai penyumbat celah pada bibir bayi .
4. Bila bayi menderita sumbing pada bibir dan langit-langit
(labiopalatosziksis), ASI juga dapat dikeluarkan secara manual/pompa, sendok
atau pipet, botol dengan dot yang panjang khusus ASI.
2.12. Masalah-masalah dalam Menyusui
1. Puting susu datar atau tenggelam
Puting susu yang normal akan menonjol, puting
susu tenggelam tidak menonjol pada saat puting susu dicubit dengan ibu jari dan
jari telunjuk. Puting susu yang tenggelam tidak selalu mengalami kesulitan
dalam menyusui. Usaha-usaha yang dilakukan:
-
Usahakan puting menonjol keluar dengan cara manerik dengan tangan atau
dengan menggunakan pompa puting susu.
-
Jika tetap tidak bisa usahakan agar disusui dengan sedikit penekanan
pada bagian areola dengan jari sehingga membentuk dot ketika memasukkan putting
susukedalam mulut bayi ,bila ASI penuh dapat diperas diberikan lewat sendok
atau cangkir.
2. Puting susu tidak lentur
Putting susu tidak lentur akan menyulitkan
bayi untuk menyusu, awal kehamilan tidak lentur menjelang persalinan akan
menjadi lentur.
3. Putting susu lecet
Putting susu lecet karena disebabkan trauma pada putting
susu, retak dan pembentukan celah-celah. Retak pada putting susu akan sembuh
dengan sendirinya dalam waktu 48 jam. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
·
Kalau terasa nyeri atau lecet tidak terlalu berat masih dapat di
berikan.
·
Apabila terdapat rasa nyeri hebat atau luka makin berat, putting susu di
istirahatkan sampai denganmemungkinkan untuk menyusui.
·
Selama putting susu diistirahatkan,ASI tetap di keluarkan dengan tangan.
Untuk menghindari terjadinya putting susu lecet atau
nyeri beberapa hal dibawah ini:
·
Setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui putting susu diolesi
dengan ASI
·
Jangan membersihkan putting susu dengan sabun, alkohol, krim,
obat-obatan yang merangsang kulit/ putting susu
·
Lepaskan hisapan bayi dengan benaryaitu menekan dagu bayi atau memasukan
jari kelingking ibu yang bersih ke dalam mulut bayi
BAB III
PENUTUP
3.1. PENUTUP
Menyusui adalah
proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di bayangkan khalayak umum.Banyak
faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini.Agar menyusui berhasil, setiap ibu
harus percaya dapat melakukannya dengandidukung petunjuk pengetahuan dan
manajemen praktek menyusui yang benar dantepat. Persiapan dini sejak masa kehamilan
hingga menyusui sangat membantukelancaran proses menyusui secara
keseluruhan.Penggunaan ASI telah dideklarasikan sebagai gerakan nasional
yang merupakanupaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.Untuk mencapai
keberhasilangerakan nasional perlu didukung oleh peran serta seluruh anggota
masyarakat paraibu sebagai pelopor peningkatan kualitas sumberdaya
indonesia.praktek menyusui yg baik dan benar setiap ibu perlu
mempelajarinya.bukan pada ibu yang pertama kalihamil dan melahirkan tetapi juga
ibu-ibu yang melahirkan anak yang ke 2 dan seterusnya. Peranan petugas
kesehatan sangat penting dalam melindungi, meningkatkan, danmendukung usaha menyusui baik sebelum, selama maupun
setelah kehamilan dan persalinan.Petugas kesehatan harus mampu memotivasi
, memberikan bimbingan dan penyuluhan manajemen menyusui dikalangan
ibu.Dukungan tenaga kesehatan iniakan sangat menentukan suksesnya kampaye
ASI disamping dukungan keluarga danlingkungan.Dengan mengikuti dan
mempelajari pengetahuan mengenai menyusui atau laktasidiharapkan etiap ibu
hamil,bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI secaraoptimal sehingga bayi
dapat tumbuh kembang normal sebagai calon sumberdaya manusia yang
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi. http://aku-anak-peternakan. blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html
Saleha, 2009. Asuhan
Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
http://parekita.wordpress.com/2008/10/17/managemen-menyusui.com
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan
Post Partum.
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi
Laktasi .http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.html
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi.
Jakarta.
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan
Post Partum.
Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui.
Jakarta: Puspaswara.
Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi http://aku-anak-peternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar