TERSEDIA UNTUK ANDA

Cari Hotel Murah ? Diskon hingga 70%

Senin, 25 Januari 2016

GAMBAR PENYAKIT BUSUNG LAPAR







ASKEP KLIEN GANGGUAN PERSARAFAN BERHUBUNGAN DENGAN TRAUMA KEPALA DAN MEDULA SPINALIS







BAB I
PENDAHULUAN
Latarbelakang
            Pada kecelakaan lalu lintas cidera kepala biasanya terjadi karena kepala yang sedang bergerak membentur sesuatu. Kepala yang sedang bergerak mendadak berhenti atau terpantul kembali apa yang terjadi pada kepala tergantung pada kekuatan benturan, tempat benturan dan faktor-faktor pada kepala sendiri.
            Gaya benturan dapat menimbulkan distorsi tengkorak. Gerakan otak yang lurus atau memutar d idalam rongga tengkorang dengan akibat tergantung area yang terkena.
Cidera medula spinalis dapat terjadi bersamaan dengan trauma pada tulang belakang yaitu terjadinya fraktur pada tulang belakang pada tulang belakang ,ligamentum longitudainalis posterior dan duramater bisa robek, bahkan dapat menusuk kekanalis vertebralis serta arteri dan vena-vena yang mengalirkan darah kemedula spinalis dapat ikut terputus .
Cidera sumsum tulang belakang merupakan kelainan yang pada masa kini yang banyak memberikan tantangan karena perubahan dan pola trauma serta kemajuan dibidang penatalaksanaannya.kalau dimasa lalu cedera tersebut lebih banyak disebabkan oleh jatuh dari ketionggian seperti pohon kelapa , pada masa kini penyebabnya lebih beraneka ragam seperti lkecelakaan lalu lintas,jatuh dari tempat ketinggian dan kecelakaan olah raga.








BAB II
TINJAUAN TEORI

A.ANATOMI FISIOLOGI KEPALA DAN MEDULA SPINALIS
1.         Anatomi Pelindung Otak
Otak dilindungi dari cidera oleh rambut,kulit dan tulang yang mebungkusnya tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotikasuatu jaringanfibrosa padat dapat digerakan
Dengan bebas. Yang membantu menyerap kekuatan trauma external. dia antara kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membran dalam yang mengandung pembulu besar. Tepat di bawah galea terdapat ruang subapameurotika yang mengandung vena emisarea dan diploika.
Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruang keras yang tidak memungkinkan perluasan isi intrakranial, tulang sebenarnya terdiri dari dua dinding atau tabula yang di pisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar disebut tabula externa. Dan dinding bagian dalam disebut tabula interna. Struktur demikian memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih besar, dengan bobot yang lebih ringan. Tabula interna, mengandung alur-alur yang berisikan arteria meningea anterior, media dan posteriar.
2.         Anatomi Susunan Syaraf pusat
Susunan syaraf pusat terdiri dari :
·           Telecephalon atau Cereberum
Terdiri dari hemisperium cerebri kiri dan kanan dengan bagian tengah yang disebut lamora perminalis. Serta di hubungkan oleh bangunan yang disebur corpus callosum. Hemisperium cerebri dibagi dalam daerah-daerah besar yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, lobus oksipialis, dan lobus temporalis. Kareana pertumbuhan yang begitu cepat dari otak besar, maka terjadi perluasan dari permukaan otak diserati dengan pembentukan lipatan-lipatan dengan demikian timbul bangunan gelung-gelung atau gyrus atau alur atau fisura atau sulkus. Alur-alur primer yang berfungsi sebagai pembatas antara lain sulkus fentralis, fisura longitudinal, sulkus lateralis dan fisura kalkarina.

v  Lobus Frontalis
Terdapat gyrus terpenting yaitu gyrus pra sentralis yang mengandung konrtek motorik.
v  Lobus Parientalis
Pada lobus ini terdapat visual area yang berfunfsi menerima dan menafsirkan bayangan yang diterima.
v  Lobus Occipitalis
Di daerah ini terdapat visual area yang berfungsi menerima dan menafsirkan bayangan yang diterima
v  Lobus Temporalis
Terdapat gyrus tempralis heesci yang mengandung kortek pendengaran dan terdapat juga daerah Rhinecenphalon yang mencakup bagian-bagian yang berhubungan dengan persepsi sensasi olfactorius. Pada bagian ini dapat dilihat bagian yang disebut bulbus olfactorius, strieolvaktorius dan trigonum, olfactorius selain itu di lobus ini terdapat pusat pengecapan.
·       Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan perpanjangan medulla oblongata ke arah caudal di dalam kanalis vetebralis, mulai setnggi korpus vetebralis, servikalis 1 memanjang hingga setinggi corpus vertebralis lumbalis I-II dari medula spinalis.
-                      Bagian servikalis keluar 8 nervus spinalis
-                      Bagian torakal keluar 12 pasang nervus spinalis
-                      Bagian lumbal keluar 5 pasang nervus spinalis
-                      Bagian sakral keluar 5 pasang nervus spinalis
-                      Bagian koksigeal keluar 2-3 pasang nervus spinalis.
Fungsi medulla spinalis merupakan pusat motorik perifer, tempat keluarnya saraf-saraf simpatis, penghubung dari reseptor menuju sistem saraf yang lebih tinggi dan sebaliknya pusat integrasi dan korelasi dari sistem reseptor dan efektor.
B.PENGERTIAN TRAUMA KEPALA DAN MEDULA SPINALIS
Trauma kepala adaah traumatik yang terjadi pada otak yang dosebabkan oleh kekuatan fisik eksternal yang mengakibatkan kerusakan atau perubahan status kesadaran. Selain itu juga mungkin timbul gangguan kemampuan kognitif atau fungsi fisik. Maupun prerubahan perilaku atau fungsi emosional. Perubahan ini dapat bersigfat temporer maupun total juga dapat terjadi maladjusment psyehosocial, (tidak bisa berinteraksi). Sedangkan trauma pada medulla spinalis dapat mengakibatkan halangan fungsi motorik, sensasi, aktifitas refleks serta kontrol bowel dan kandung kemih, selain itu juga mungkin klien mengalami masalah perilaku dan emosional yang segnifikan sehingga mengakibatkan perubahan citra tubuh, penampilan peran serta konsep diri.
Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001).
Cidera medullan spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong. Dan apabila saraf frenitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan, sebelum alat pernafasan mekanik dapat digunakan.
Kista_Medula_Spinalis_&_Otak
C.Klasifikasi
Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Pembagian ini penting untuk meramalkan prognosis dan penanganan selanjutnya.
chiara_about
D.ETIOLOGI TRAUMA
1.    Trauma Kepala
Umunya penyebab trauma kepala adalah kecelakaan kendaraan bermotor. Jatuh serta cidera karena presentasi pada otak disebabkan oleh tembakan atau luka tusuk. Terjadi melalui dua cara yaitu:
1.      Efek langsung tauma pada fungsi otak
2.      Efek-efek lanjutan dari sel-sel otak yang bereaksi terhadap trauma.
Ø Mekanisme Cidera
Cidera kepala disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba terhadap kepal yang berakibat kompleks. Terdiri dari tiga mekanisme yaitu :
1.         Cidera akselerasi : terjadi jika kepala yang imobile ditabrak oleh benda yang bergerak.
2.         Cidera deselerasi : terjadi jika kepla yang bergerak dan membentuk objek yang diam.
3.         Cidera deformasi : terjadi akibat kekuatan yang menyebabkan defarmasi dan kerusakan dari integritas bagian tulang tengkorak, ex : fraktur tulang tengkorak
2.    Trauma Medula Spinalis
Trauma medulla disebabkan oleh kecelakaan mobil, diikuti oleh cidera karena jatuh dan cidera olah raga.
Ø Mekanisme Cidera
Terdiri dari cidera terjadi akibat cidera :
1.         Hiperfleksi : Terjadi jika kepala secara tiba-tiba dengan akselerasi kekuatan penuh dari belakang, sehingga menyebabkan fleksi leher yang ekstrim. Cidera ini mengakibatkan kerusakan pembuluh darah yang akan menimbulkan iskemia pada medula spinalis.
2.         Hiperextensi : Terjadi karena kecelakaan bermotor. Dimana klien ditabrak dari belakang atau jatuh dimana dagu yang terbentur. Cidera ini menimbulkan peregangan pada medula spinalis terhadap ligamen flava serta menyebabkan kontusio kolumna dorsal serta dislokasi posterior dari fertebra.
3.         Kompresi/rotasi tulang belakang : Terjadi jika klien jatuh dalam keadaan terduduk atau jatuh dari ketinggian dengan posisi kepala dibawah.

E.PATOFISIOLOGI TRAUMA KEPALA DAN MEDULA SPINALIS
1.    Trauma Kepala
Cidera pada kulit kepala tengkorak atau otak atau keseluruhan dari bagian kulit kepala, tengkorak dan otak. Cidera ini mengakibatkan berbagai dampak pada area yang terkena yaitu :
·         Cidera kulit Kepala : disebabkan oleh laserasi, hematoma, kontusio, afulasi, atau abrasi pada kulit.
·         Cidera Tengkorak Kulit Kepala : Disebabkan oleh kekuatan yang memadai sehingga menyebabkan fraktur dan cidera otak. Terdapat tiga tipe fraktur tengkorak kepala yaitu :
-          Fraktur linier : Fraktur yang tidak mengakibatkan perlukaan jaringan otak. Namun merupakan indikasi adanya trauma yang cukup keras yang sudah merusak struktur jaringan otak atau selaput dibawahnya.
-          Fraktur impresi ( depressed ) : Jika tabula externa fragmen tulang yang masuk berada satu tingkat atau lebih dalam dari tabula interna tulang sekitarnya. Durameter dan jaringan otak potensian terobek oleh fragmen tulang.
-          Fraktur basilar : Terjadi pada tulang di atas basar lobus frontal dan temporal.
*    Cidera Otak
Dikalifikasikan menjadi :
·         Trauma Terbuka : disebabkan adanya fetrasi pada tengkorak.
·         Trauma Tertutup : karena adanya trauma tumpul.
·         Konkusio : Benturan pada kepala menimbulkan tekanan di dalam rongga tengkorak yang tersalur kearah foramen magnum.
·         Kontusio : Adanya kerusakan jaringan otak disertai perdarahan yang secara makroskopis tidak mengganggu kontinuitas jaringan, yang disebabkan oleh trauma kepala. Kerusakan jaringan yang terjadi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
-          Primer : langsung disebabkan oleh benturan
-          Sekunder : akibat gangguan peredarah darah.



*    Hematoma Epidural
Merupakan suatu akibat serius dari cidera kepala, paling sering terjadi didaerah parietotemporal akibat robekan arteri meningea media. Cidera yang terjadi mengakibatkan keadaan tidak sadar beberapa saat.
*   Hematoma Subdural
Terjadi akibat rubtur vena dalam ruang subdural. Dibagi menjadi tiga tipe yaitu :
·         Hematuma Subdural Akut : Menimbulkan gejala neurologik penting dan serius dalam 24 jam – 48 jam setelah cidera. Sering kali berkaitan dengan trauma otak berat.
·         Hematoma Subdural Subakut : Menyebabkan defisit neurologik yang bermakna dalam waktu lebih dari 48 jam terapik kurang dari 2 minggu stelah cidera. Yang disebabkan oleh perdarahan vena dalam ruangan subdural.
·         Hematoma Subdural Kronik : Penyebab hematoma ini dapat sangat ringan sehingga terlupakan. Pada umumnya timbul gejala yang terdunda beberapa minggu, bulan dan bahkn beberapa tahun setelah cidera pertama.

Ø Stadium-Stadium Dalam Perjalanan Alamiah Hematoma Subdural
terdiri dari stadium :
-          Stadium I : Darah berwarna gelap tersebar luas dipermukaan otak dibawah dura.
-          Stadium II : Bekuan darah menjadi lebih hitam, tebal, gelamnosa ( 2-4 hari ).
-          Stadium III : Bekuan pecah dan setelah 2 minggu akan berwarna dan berkonsistensi seperti minyak pelumas mesin.
-          Stadium IV : Terjadi organisasi yang dimulai dari pembetukan membaran luar yang tebal dan keras berasal dari dura, dan membran dalam yang tipis dari araknoid. Cairannya menjadi xantro kronik.

2.    Trauma Medula Spinalis
Trauma pada tulag belakang dapat menimbulkan fraktur atau dislokasi dimana fraktur bisa memgenai korfus ferbra, lamina, pedunkel, dan prosesus tranfersus, bersama-sama dengan fraktur, ligamentum longitudinalis posterior dan durameter dapat sobek.p
erubahan primer yang terjadisetelahcidera medulla spinalisadalahperdarahankecildalamsubtansiagriseaakibatberkurangnyaalirandarah medulla spinalisterjadihipoksia di ikutiolehedema.hipoksiamerangsangpelepasanketekolamin yang mengandungperdarahandannekrosis,singgamenyebabkandifunsi medulla spinaliislebihlanjut.
F.Gambaran Klinik trauma kepala dan medula spinalis
1.trauma kepala
Ø  Komusio serebri :
·       Pingsan sementara (tidak lebih dari 5-10 menit)
·       Nadi,suhu,td menurun atau normal
·       Dengan atau tanpa amnesia retrograde
·       Sakit kepala,muntah,mual dan pusing.
Ø  Kontusio serebri
·         Pingsan selama berjam-jam sampai berhari-hari
·         Tanda-tanda tupor
·         Amnesia retrograde berat
·         Disorientasi waktu berlangsung beberapa hari/minggu.
·         Gangguan pernafasan
·         Gangguan kardiovaskuler
·         Pupil miosis atau midriasis
·         Reflek cahaya baik/tidak  ada dekortikasi
·         Desebrasi tungkai dan lengan
·         Kesadaran menurun bisa terjadi koma.
Ø  Hematoma sub dural
·         Nyeri kepala yang lama dan makin hebat pada daerah dahi disertai muntah-muntah
·         Mata menjadi kabur
·         Perubahan tingkat kesadarn
·         Penurunan kemampuan berkomunikasi
·         Gangguan neurogis (henti nafas dan kehilangan control atas  denyut nadi dan TD).

Ø  Hematoma epidural
·         Ketidaksadaran dalam jangka pendek
·         Dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata
·         Kelemahan sensor motorik
·         Babinski positif(+)
·         Kekakuan deserbrasi
·         Gangguan tanda vital dan pernafsan.
2.trauma medulla spinalis
·      nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena
·      paraplegia
·      tingkat neurologik
·      paralisis sensorik motorik total
·      kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung kemih)
·      penurunan keringat dan tonus vasomoto
·      penurunan fungsi pernafasan
·      Kelemahan motorik ekstermitas atas lebih besar dari ekstermitas bawah
G.Komplikasi
·      Neurogenik shock.
·      Hipoksia.
·      Gangguan paru-paru
·      Instabilitas spinal
·      Orthostatic Hipotensi
·      Ileus Paralitik
·       Infeksi saluran kemih
·      Kontraktur
·      Dekubitus
·      Inkontinensia blader
·      Konstipasi


H. PENATALAKSAAN MEDIS TRAUMA
1.Pertolongan pertama (pada waktu di ruang gawat durat)
·      Air Way (Jalan nafas diamankan untuk menjamin O2 lancar ke paru-paru )
·      Breathing ( pernafasan di usahakan stabil).
·      Circulation (sirkulasi darah diusahan untuk menjamin kebutuhan jaringan-jarinagn).
2.Pengobatan dan perawatan
Ø  Komusio serebri
·           Klien tirah baring sampai semua keluhan hilang
·           Observasi adanya pendarahan epidural
·           Berikan intake cairan jangan lebih dari 2 liter /24 jm
·           lakukan imobilisasi bertahap
·           klien dapat pulang dan lakukan control ulang setelah 1 minggu.
Ø  Kontusio serebri
·           berikan O2 tambahan
·           jika terjadi syok, berikan cairan parenteral
·           monitor output urin dengan pemasangan kateter
·           berikan makanan per sonde jika bising usus terdengar
·           pada pasien koma, lakukan pemeriksaan kimia darah dan monitor hasilnya.
Ø  Hematoma epidural
·           Foto thorak dan fungsi lumbal
·           Oprasi harus segera dilakukan untuk menghentikan perdarahan dan pengeluaran gumpalan darah yang beku.
Ø  Hematoma subdural
·           CT - skan dan foto rontgen dengan zat kontras
·           Pembedahan untuk mengeluarkan hematoma.
Ø  Trauma medulla spinalis
·           Tindakan pembedahan untuk mengadakan laminektomi dan dekompresi.
·           Tindakan konservatif ( postural reduction dan stabilisasi fraktur).
Intervensi bedah = Laminektomi
Dilakukan Bila :
·           Deformitas tidak dapat dikurangi dengan fraksi
·           Terdapat ketidakstabilan signifikan dari spinal servikal
·           Cedera terjadi pada region lumbar atau torakal
·           Status Neurologis mengalami penyimpanan untuk mengurangi fraktur spinal
·            dislokasi atau dekompres medula.
I.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·       Sinar X spinal : Menentukan lokasi dan jenis cedera tulan (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi
·       Scan : Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun structural
·       MRI : Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi
·       Mielografi : Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami luka penetrasi).
·       Foto rontgen torak : memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma, atelektasis)
·       Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vital, volume tidal) : Mengukur volume inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal).
·       GDA :Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi (pemeriksaan tekanan partial O2 dan CO2 untuk melihat status respiratory serta resiko terjadinya insufisiensi respiratory).
·       Tingkat Serum Elektrolit Dan Osmolaritas: untuk memonitor status hemodinamik atau identifikasi ketidak seibangan elektrolit atau adanya infeksi.
·       Urinalisa : untuk mengecek adakah darah dalam urin setelah trauma.



        BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PERSARAFAN TRAUMA MEDULA SPINALIS
A.Pengkajian
Identitas :
Trauma medula spinalis dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin.
B.Keluhan utama
Keluhan utama yang menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan adalah nyeri,kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,inkontinensia defekasi dan
urine,deformitas pada daerah trauma.
C.Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat dari kecelakaan lalu lintas,olah raga,jatuh dari pohon atau bangunan,luka tusuk,luka tembak dan kejatuhan benda keras.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien atau bila klien tidak sadar tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol yang sering terjadi pada beberapa klien yang suka kebut-kebutan.
D.Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit degeneratif pada tulang belakang,seperti osteoporosis,osteoartritis,spondilitis,spondilolistesis,spinal
stenosis yang memungkinkan terjadinya kelainan pada tulang belakang.
E.Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah dalam keluarga px ada yang menderita hipertensi,DM,penyakit jantung untuk menambah komprehensifnya pengkajian.
F.Pemeriksaan fisik
Klien dengan trauma kepala dan medulla spinalis mempunyai tanda dan gejala yang berfariasi tergantung di area otak dan medula spinalis yang terkena.pemeriksaan yang dilakukan di antaranya :
1.      lakukan pemeriksaan prioritas utama ABC
2.      pemeriksaan kesadaran (GCS)
3.      pemeriksaan mekanisme autoregulasi ( TD,N,dan reflek caushing )
 (hipertensi,bradikardi,bradipnoe).
4.      observasi peningkatan ICP ( nadi cepat,kesadaran menurun,perubahan
 perilaku,nyeri, mual muntah,perubahan pola bicara,,perubahan
 sensorimotor,perubahn pupil,disfungsi nervus cranial,kejang,dan abnormal
 posturing).
5.      Pemeriksaan funsi motorik dan sensorik ( kekuatan otot,tonus otot,ROM,reflek tendon dalam,rasa raba,rasa nyeri,rasa suhu,,vibrasi dan posisi).
6.      Pemeriksaan meningeal ( kaku kuduk,tanda babinski,tanda kerning,dan
 brudzinski).
7.      Inspeksi adanya bocoran liquor akibat fraktur basis kranii ( brill hematoma,rhonorhoe,otorhoe).
G.Pola aktivitas
-Aktifitas dan istirahat
* Kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada bawah lesi.
* Kelemahan umum / kelemahan otot ( Trauma dan adanya kompresi saraf ).
-Makanan / cairan
* Mengalami distensi yang berhubungan dengan omentum.
* Peristaltik usus hilang ( ileus paralitik ).
- Eliminasi
* Inkonti nensia defekasi berkemih.
*Retensi urine
-Hygien
* Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

H.Intervensi
DIAGNOSA KEPERWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
Perubahanperfusijaringanbdperdarahanserebral,pecahnyapembuluhdarahserbral.spasmevaskuler.
·         Mempertahankan/
memulihkantingkat
kesadaran,kognitif,danfungsi
sensorik/motorik.Tanda-tanda vital stabil


tidakadatanda-tandapeningkatan TIK.
·         Tentukanfaktor yang
menyebabkanpenurunanperfusijaringanotakdanpotensialpeningkatan TIK
·         Monitor/catat status kronologisecarateraturdanbandingkandengannilaistandar.
·         Monitor BP dancatathasilnya TD secarateratur.
·         Observasipasienmengalami trauma multiple.
·         Monitor HR (heart rate) catatadanyabradikardi,takikardiataubentukdisritmia lain.
·         Monitor pernafasan
·         Kajiperubahanpenglihatan
·         Monitor suhutubuh
·         Kolaborasi (berikancairan IV denganinfus, berikan O2 sesuaidenganketentuan).
·         Persiapkanpembedahanjikadiperluakan.

Polanapastidak
efektifbdkegagalan neuromuscular.

·         Mempertahankanpola
nafas yang
efektif/normal,tidaksianosis,GDAdalam
batasnormal,tidak
sesak.

·         Monitor irama,kecepatan,keadaanpernafasan.
·         Perhatikanadanyakemampuan
 gas reflek ,menelan,dan
kemampaunbernafas.pasang
 ETT jikaperlu.
·         Tinggikankepalatempattidur
sesuaikebutuhan,posisi miring
sesuaiindikasi.
·         Anjurkanklienuntukmelakukannafasdalamjikapasiensadar.
·         Lakukan suction denganekstrahati-hati.
·         Auskultasisuaranafas,perhatikandaerahhipoventilasidansuara abnormal.
ga   gangguanpersepsisensoribdgangguanresepsitransmisi /integrasisensorik
·           Mempertahankantingkatkesadarandanfunsipersepsi
·           Pengetahuandalam
kemampuanmengenalikeberadaangejalameningkat.
·           Medemonstrasikanperubahantingkah
laku / perubahan
gayahidupuntukmengatasigangguan.
·           Evaluasi/monitor secarateraturperubahnorientasi,kemampunberbicara,mood,sensorikdan
prosespikir.
·           Observasiresponperilaku
·           Hilangkan /turunkan stimulus
yangberlebihan(bising).
·           Bicaradengansuara yang
lembutdanpelan
·           Buatjadwalistirahat yang
adekuat
·           Berikankesempatan yang lebih
banyakuntukberkomunikasi
danmelakukanaktivitas.
·           Berikeamananpadaklien.
.     potensialterjadinya
infeksibd trauma . (luka,kerusakankulit,penurunannutrisi,responsupresifinflamasi.

·         Suhudalam bats normal,benasdaritandainfeksi.
·         Terjadi proses penyembuhanpadaluka.

·         Berikanperawatan aseptic dan
anti septic.
·         Observasidaerahkulit yang
mengalamikerusakan
·         Monitor suhutubuhsecarateratur
·         Observasiwarna/kejernihanurin.
gangguanmobilitas
fi fisikberhubungan
dengantidakstabilnya
  spinal deficit
neurologic       (qudrikplegia/ paraplegia).

·         Kajifungsisensoridan
motorikkliensetiap 4 jam
·         Gantiposisklientiap 2 jam
denganmemperhatika
kestabilantubuhdan
kenyamananpasien.
·         Gunakanalatortopedrik,
colar, handspilts

·         Lakukan ROM pasif
setelah
 48-72 jam setelah
cedera 4-5
kali / hari.
·         Monitor adanyanyeri
dan
·         kelelahanpadapasien
·         Konsultasikankepada
fisioterapiuntuk
latihandan
penggunaanalat
seperti
spilints.

·         Menetapkankemampuandanketerbatasanpasien
dalampergerakan.
·         Mencegahterjadinya
footdrop
·         Mencegahkontraktur
·         Meningkatkansirkulasi
danmencegah
kontraktur.
·         Menunjukakanadanya
aktivitas yang berlebihan.

.    potensiterjadinyagangguanpemenuhankurangdarikebutuhantubuhbd
menurunnyakelemahantingkatkesadaran,kelemahanotot.
·         Memperlihatkankeadaan BB yang tetap/meningkat.
·         Tidakmemperlihatkantanda-tandamalnutris.

·         Kajikemapuanklienuntukmengunyah .
·         Auskultasibisingusus
·         Timbang BB sesuaiindikasi
·         Jagakeamanansaatmemberikanmakanpadaklien.
·         Birikanmakandalamjumlahkeciltapisering.
·         Kajifeases,cairanlambung,muntahdarahsbb.

Perubahanpolaeliminasiurinbdkerusakaninvasikandungkemih,atonikandungkemih.
·         Kliendiharapkanmemperlihatkanpolaeliminasiurin yang optimal.
kajitandainfeksisaluran
kemih.


·         Kajipolapengeluaranurin
·         Palpasikandungkemihdanobservasialiranurin.
·         Pertahankan intake cairan
·         Pertahankan area perinealtetapbersihdankering
·         Kolaborasi( pertahankanbledertetapdatar,lakukanpemasanganjikadiperlukan).


I.EVALUASI
Berdasarkan diagnose keperawatan yang telahidentikasi,makaevaluasiperawatanpadakliendengan trauma kepaladan medulla spinalisadalah :
·         Memaksimalkanperfusijaringanserebraldan medulla spinal
·         Mempertahankandanmendemontrasikanjalannafas,polanafasdanpertukaran gas yang adekuat.
·         Mencegahdanmeminimalkankomplikasidariimobilisasi
·         Mempertahankan control bowel dankandungkemih
·         Menyesuaikandanberadaptasidenganketidakmampuannya
·         Mengoptimalkanfungsiotak/mengembalikanpadakeadaansebelumterjadi trauma
·         Memberikaninformasimengenai proses diagnose penyakit ,rencanatindakandansumberdaya yang ada
·         Terbebasdaricideraakibatpenurunan control dankejang.










BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Trauma kepala adaah traumatik yang terjadi pada otak yang dosebabkan oleh kekuatan fisik eksternal yang mengakibatkan kerusakan atau perubahan status kesadaran. Selain itu juga mungkin timbul gangguan kemampuan kognitif atau fungsi fisik. Maupun prerubahan perilaku atau fungsi emosional. Perubahan ini dapat bersigfat temporer maupun total juga dapat terjadi maladjusment psyehosocial, (tidak bisa berinteraksi). Sedangkan trauma pada medulla spinalis dapat mengakibatkan halangan fungsi motorik, sensasi, aktifitas refleks serta kontrol bowel dan kandung kemih, selain itu juga mungkin klien mengalami masalah perilaku dan emosional yang segnifikan sehingga mengakibatkan perubahan citra tubuh, penampilan peran serta konsep diri.
trauma medula spinalis merupakan keadaan patologi akut pada medula spinalis yang di akibatkan terputusnya komunikasi sensori dan motorik dengan susunan saraf pusat dan saraf parifer. Tingkat kerusakan pada medula spinalis tergantung dari keadaan atau inkomplet.


ASKEP KLIEN GANGGUAN PERSARAFAN BERHUBUNGAN DENGAN TRAUMA KEPALA DAN MEDULA SPINALIS
Untuk memenuhi tugas KMB III



Disusun Oleh :
Kelompok 6

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH DAERAH KAB.SERANG
2014-2015